Perkembangan Ras dan Persebarannya
Ras adalah sejumlah manusia yang
memiliki ciri-ciri kesamaan fisik, belum tentu mempunyai bahasa induk yang
termasuk satu keluarga bahasa, atau pun mempunyai satu kebudayaan yang
tergolong satu daerah kebudayaan. Oleh para pakar Ras Manusia disebut karakteristik luar yang
diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya.
Secara tradisional oleh para pakar dibedakan ada tiga ras utama yaitu:
* Ras Kulit Hitam
* Ras Kulit Putih
* Ras Kulit Kuning
Secara tradisional oleh para pakar dibedakan ada tiga ras utama yaitu:
* Ras Kulit Hitam
* Ras Kulit Putih
* Ras Kulit Kuning
Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata pembagian ras manusia dapat dikategorikan secara lebih rinci lagi menjadi:
a) Ras Khoisan (orang Bushmen atau Hottentot
dari Afrika Selatan)
b) Ras Australoid (orang Dravida, orang
Asia Tenggara "Asli", orang Papua, dan orang Australia)
c) Ras Negroid (Kulit Hitam)
d) Ras Kaukasoid (Kulit Putih)
e) Ras Mongoloid (Kulit Putih)
Warna Biru = Ras Mongoloid
Warna Hijau = Ras Caucasoid
Warna Merah = Ras Australoid
Warna Nila = Ras Capoid
Warna Kuning = Ras Congoid
Pembagian baru ini tidak hanya melihat ke warna kulit saja tetapi juga melihat aspek-aspek lainnya. Ternyata anggota "tertua" ras manusia berada di antara kaum Khoisan, mereka juga berbeda dengan kaum kulit hitam dari Afrika lainnya. Sementara itu sebenarnya hanya ada dua perbedaan utama, yaitu orang Afrika dan orang non-Afrika. Kemudian orang-orang berkulit hitam di daerah Asia Tenggara yang pada zaman dahulu kala mendiami seluruh India Selatan, Asia Tenggara sampai ke Australia, ternyata setelah DNA-nya diteliti lebih mirip dengan orang dari ras Mongoloid daripada Negroid, meski banyak yang berambut keriting dan berkulit hitam. Kesimpulan yang bisa ditarik ialah hanya bahwa pengetahuan kita mengenai ras manusia masih diliputi banyak ketidakjelasan.
1. Ras Australoid
Ras Australoid adalah nama ras
manusia yang mendiami bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di
Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan Australia.Untuk kelompok di Asia
Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras
ini.
Ciri khas utama ras ini ialah bahwa
mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras
ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan
lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu
hitam dan bahkan menjurus putih.
2. Ras Kaukasoid
Ras Kaukasoid adalah ras manusia
yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan
India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara,
sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut
"berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar
misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid,
meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras
Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
3. Ras Khoisan
3. Ras Khoisan
adalah ras manusia yang mendiami
daerah barat daya Afrika, terutama di Namibia, Botswana dan Afrika Selatan.
Meski jumlah anggota ras ini tinggal beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras
yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah
dari ras utama manusia lainnya.
4. Ras Mongoloid
4. Ras Mongoloid
adalah ras manusia yang sebagian
besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas
pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika
Utara, Amerika Selatan, dan Oseania.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut
"berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang
Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali
berkulit coklat muda sampai coklat gelap. Ciri khas utama anggota ras ini ialah
rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan
pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia
ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
5. Ras Negroid
adalah ras manusia yang terutama
mendiami benua Afrika di sebelah selatan gurun Sahara. Keturunan mereka banyak
mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah. Ciri
khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut
keriting. Meski begitu anggota ras Khoisan dan ras Australoid, meski berkulit
hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini.
Paham Eropa tentang "ras",
muncul pada saat revolusi ilmiah, di mana penelitian alam dimulai
dan diutamakan, dan masa imperialisme dan kolonialisme Eropa yang menciptakan hubungan
politik antara orang Eropa dengan bangsa yang memiliki tradisi kebudayaan dan
politik yang berbeda. Dengan bertemunya orang Europa dengan bangsa dari berbagai
belahan dunia, mereka membahas perbedaan jasmani, sosial dan kebudayaan di
antara berbagai kelompok manusia. Munculnya perniagaan budak di Atlantik, yang
secara berangsur menggantikan perniagaan budak yang lebih lama di seluruh
dunia, makin mendorong untuk mengkategorikan kelompok manusia demi membenarkan praktek
perbudakan asal Afrika.
Permusuhan
antara Inggris dan Prancis sangat berpengaruh atas pemikiran
Eropa awal mengenai perbedaan antar bangsa. Orang Eropa mulai
mengotakkan mereka sendiri dan bangsa lain dalam kelompok berdasarkan kondisi
jasmani, dan melekatkan pada individu dalam kelompok tersebut, perilaku dan kemampuan
yang dianggap mengakar dalam. Berkembanglah sejumlah kepercayaan yang mengaitkan perbedaan jasmani
antar kelompok yang terwarisi, dengan sifat intellektual, perilaku dan moral yang juga dikira terwarisi. Paham
serupa ditemukan di Tiongkok, di
mana suatu konsep yang diterjemahkan dengan istilah "ras" dikaitkan
dengan yang dipercayai adalah keturunan bersama dari Kaisar
Kuning, dan digunakan untuk menegaskan kesatuan para kelompok
etnis di Tiongkok China.
Pertikaian penuh kekerasan antar kelompok etnis sempat terjadi di sepanjang
sejarah dan di seluruh dunia.
Klasifikasi pasca-klasik yang pertama manusia dalam
"ras" diketahui adalah Nouvelle
division de la terre par les différents espèces ou races qui l'habitent ("Pembagian baru Bumi oleh
spesies atau ras yang menghuninya") oleh François Bernier dari Prancis, yang diterbitkan tahun
1684. Di abad ke-18, perbedaan antara kelompok manusia menjadi bahan
penyelidikan ilmiah. Namun klasifikasi ilmiah mengenai variasi fenotipe sering
disertai gagasan rasis mengenai kemampuan yang dianggap
melekat pada berbagai kelompok, yang selalu memberi ciri-ciri yang paling bagus
kepada orang Eropa atau orang
Kulit putih, dan memperingkatkan "ras" lain dalam suatu kontinuum
ciri-ciri yang secara berangsur menjadi kurang bagus. Klasifikasi Carolus
Linnaeus, pencipta taksonomi zoologis, tahun 1755 membagi ras
manusia Homo Sapiens dalam varietas "Europaeus",
"Asiaticus", "Americanus" dan "Afer",
yang masing-masing dikaitkan dengan watak yang berbeda : "sanguine",
"melancolis", "choleric" dan "bilious". Homo Sapiens Europeaus dikatakan aktif, cerdas dan petualang,
sedangkan Homo Sapiens Afer dikatakan licik, pemalas dan sembrono.
Dalam bukunya berjudul The
Natural Varieties of Mankind, Johann Friedrich
Blumenbach yang diterbitkan
tahun 1775 mengajukan lima kelompok besar : "ras
Kaukasoid", "ras Mongoloid", "ras Etiopia" (yang
kemudian dinamakan "ras Negroid"), "ras Indian"
dan "ras
Melayu", namun dia tidak mengusulkan peringkatan apa pun antara para
ras.
Dari abad ke-17 sampai 19, pemahaman
orang awam mengenai perbedaan antar kelompok, dengan penjelasan ilmiah mengenai
perbedaan ini, menghasilkan apa yang oleh salah satu pakar disebut "ideologi tentang ras". Menurut ideologi ini, ras adalah
mendasar, alami, lestari dan terpisah. Di Amerika
Serikat, teori ras Thomas
Jefferson berpengaruh. Dia
melihat orang Afrika lebih rendah dari pada orang Kulit putih, khususnya dari
segi kecerdasan, dan memiliki nafsu seks yang kelebihan, tapi menganggap orang
Indian setara dengan orang
Kulit putih.
Di dua dasawarsa terakhir abad ke-18poligenisme, yaitu kepercayaan
bahwa "ras" yang berbeda telah berkembang secara terpisah di setiap
benua dan tidak memiliki moyang yang sama, diajukan
di Inggris oleh sejarawan Edward Long dan anatomis Charles White, di Jerman
oleh etnograf Christoph Meiners dan Georg Forster, di Prancis
oleh Julien Virey dan di Amerika Serikat oleh Samuel Morton, Josiah Nott dan Louis Agassiz. Poligenisme
popular dan paling menyebar di abad ke-19, dan memuncak dengan didirikannya Anthropological
Society of London selama American civil war,
bertentangan denga Ethnological
Society of London yang
anti-perbudakan
Ras Sebagai Tatanan Sosial
Para antropolog dan ilmuwan evolusi lain sudah beralih dari istialh
"ras" ke istilah "populasi" untuk membahas perbedaan genetika. Para sejarawan,
antropolog kebudayaan dan ilmuwan sosial memahamkan kembali istilah
"ras" sebagai kategori kebudayaan atau konstruksi sosial, suatu cara tertentu orang
bicara tentang mereka sendiri dan tentang orang lain.
Banyak ilmuwan sosial sudah
menggantikan istilah "ras" dengan kata "kelompok
etnik" untuk menunjuk kelompok yang mengidentifikasi diri sendiri
berdasarkan kepercayan mereka mengenai kebudayaan, asal-usul dan sejarah
bersama. Selain masalah empiris dan konseptual yang dibawa paham
"ras," setelah Perang Dunia Kedua, para ilmuwan di bidang evolusi dan sosial
sangat menyadari betapa kepercayaan mengenai "ras" diperalat untuk
membenarkan dissriminasi, apartheid,
perbudakan dan genosid. Pertanyaan
ini bertambah ramai di tahun 1960-an dengan gerakan hak sipil di Amerika
Serikat dan munculnya banyak gerakan anti-kolonial di seluruh dunia. Para
ilmuwan akhirnya mulai berpikir bahwa "ras" adalah suatukonstruksi sosial, suatu
paham yang orang percaya adalah suatu kenyataan obyectif tapi sebetulnya
mendapat kepercayaan karena fungsi sosialnya.
Tahun 2000, Craig Venter dan Francis
Collins dari National Institute of Health (lembaga kesehatan nasional) fi
Amerika Serikat mengumumkan bersama suatu pemetaan dari genom manusia. Setelah
meneliti data dari pemetaan genom tersebut, Venter melihat bahwa walau besaran
variasi genetik dalam spesies manusia adalah sekitar 1–3% (yaitu
lebih dari 1% yang diperkirakan semula), tipe variasi tersebut tidak mendukung
paham "ras" dalam arti genetik. Venter mengatakan bahwa "Ras
adalah suatu konsep sosial. Buka konsep ilmiah. Tidak ada garis yang jelas
(yang akan muncul), seandainya kita membandingkan semua genom bersekuensi dari
semua orang di atas planet ini." "Bila kita coba menerapkan ilmu
untuk mencoba menyusun perbedaan sosial tersebut, runtuh semuanya."
Stephan Palmié menegaskan bahwa
"ras" "bukan suatu benda tapi suatu hubungan sosial"; atau, dengan kataKatya Gibel Mevorach,
"suatu metonim," "suatu karangan manusia yang kriteria
pembedaannya tidak universal dan tidak tetap, tapi selalu digunakan untuk mengatur
perbedaan." Dengan demikian,
penggunaan kata "ras" sendiri perlu dianalisa. Lebih dari itu, Palmié
dan Mevorach mengatakan bahwa biologi tidak akan dapat menjelaskan mengapa atau
bagaimana orang menggunakan paham "ras". Yang akan menjelaskannyua adalah
sejarah dan tatanan sosial.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar